Diabetes melitus gestasional (GDM) adalah salah satu gangguan yang paling banyak terjadi selama kehamilan, yang memberikan risiko signifikan terhadap hasil jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan baik pada ibu maupun anak. Akhir-akhir ini, lebih banyak perhatian diberikan pada hubungan antara pola diet sehat pra-kehamilan dan awal kehamilan, seperti pola diet Mediterania dengan GDM.
Obesitas, penyakit kronis multifaktorial yang kambuh, merupakan pintu gerbang menuju spektrum masalah kesehatan metabolik, kardiovaskular, mekanik, dan mental. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi global obesitas telah melonjak hampir tiga kali lipat, yang mencerminkan peningkatan diabetes mellitus tipe 2 (T2DM). Lintasan paralel ini menunjukkan hubungan sebab-akibat yang kuat antara obesitas dan T2DM. Penelitian ekstensif menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sedikit saja dapat meningkatkan risiko T2DM, sehingga mendukung anggapan bahwa obesitas adalah penyebab utamanya.
Penatalaksanaan diabetes melitus (DM) tipe 2 tidak hanya terfokus pada terapi farmakologi saja, melainkan juga terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik. Terapi nutrisi medis atau pengaturan diet seringkali dilupakan oleh pasien karena beberapa alasan, seperti kesulitan menentukan zat gizi yang tepat untuk dirinya, kesulitan mengatur asupan makan harian, atau bahkan tidak mengindahkan anjuran diet yang diberikan oleh nutrisionis atau dokter. Padahal, penatalaksanaan diet merupakan salah satu upaya penting bagi pasien diabetes untuk mencegah progresivitas penyakit.
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati dan suku bangsa, termasuk yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan diabetes melitus (DM). Etnofarmakologi tanaman obat antidiabetes merupakan bidang studi yang mengatur uji praklinis dan uji klinis. Beberapa penelitian etnofarmakologi telah dilakukan di Indonesia, tetapi walaupun Indonesia merupakan negara multikultural, kajian etnofarmakologi khususnya untuk pengobatan DM masih sedikit. Oleh karena itu, artikel ini menyediakan tinjauan etnofarmakologi tanaman antidiabetes yang digunakan oleh masyarakat lokal di Indonesia serta informasi ilmiahnya. Tinjauan ini juga memuat bukti farmakologis (uji praklinis dan klinis), aspek fitokimia, dan penilaian toksikologi dari tanaman antidiabetes.
Diabetes ditandai dengan berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif. Tak satupun dari terapi yang digunakan untuk mengobati diabetes dapat menghentikan proses ini; oleh karena itu, mencegah hilangnya fungsi sel beta pankreas merupakan kebutuhan utama yang belum terpenuhi dalam pengendalian diabetes. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa serum dari 8 orang pria dewasa muda dan sehat yang berolahraga selama 8 minggu mampu melindungi sel islet dan sel EndoC-βH1 penghasil insulin dari terjadinya apoptosis akibat sitokin proinflamasi atau stressor retikulum endoplasma (RE) thapsigargin. Namun, belum diketahui apakah efek perlindungan tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, modalitas pelatihan, keturunan (genetik) atau diabetes itu sendiri.
Nefropati diabetik terjadi pada sekitar 40% pasien diabetes dan merupakan penyebab utama dari penyakit ginjal kronis (PGK) di seluruh dunia. Pasien PGK, terutama yang menderita diabetes melitus (DM), berisiko tinggi mengalami gagal ginjal dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Penggunaan obat-obatan jenis RAS blocker dan inhibitor SGLT2 hanya dapat menunda terjadinya gagal ginjal, tetapi tidak dapat menghindari penyakit tersebut. Selain itu, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular juga tetap tinggi bahkan dengan pengobatan yang optimal saat ini.
Diabetes gestasional atau gestational diabetes (GDM) telah mempengaruhi sekitar 17 juta kehamilan di seluruh dunia. Wanita dengan riwayat GDM memiliki berisiko 8-10 kali lipat lebih tinggi untuk terkena diabetes melitus (DM) tipe 2 dan berisiko 2 kali lipat lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menderita GDM. Meskipun progresivitas GDM menjadi DM tipe 2 dapat dicegah atau ditunda, belum ada program yang dilakukan secara luas untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memanfaatkan kehamilan sebagai peluang untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko dan memulai intervensi pencegahan.
Hingga saat ini, estimasi jumlah orang yang hidup dengan diabetes melitus (DM) tipe 1 di seluruh dunia hanya mencakup anak-anak dan remaja berusia kurang dari 20 tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya data yang tersedia untuk populasi orang dewasa. Selain itu, estimasi prevalensi DM tipe 1 pada populasi yang berusia kurang dari 20 tahun belum memperhitungkan potensi perubahan insidensi dan mortalitas dari waktu ke waktu. Tanpa diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, DM tipe 1 dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik dan kematian, sehingga diperlukan kesadaran dan edukasi tentang pentingnya penyakit ini sedini mungkin.
Quercetin merupakan senyawa bioflavonoid yang banyak ditemukan dalam makanan seperti buah grapefruit, beri, bawang merah, dan lain-lain. Senyawa ini memiliki potensi terapeutik yang sangat besar, terutama terhadap penyakit diabetes melitus (DM) tipe 2. Penelitian telah menunjukkan bahwa quercetin menunjukkan efek yang sama seperti obat antidiabetes metformin pada sel. Tak hanya itu, studi in vivo juga membuktikan bahwa quercetin merupakan agen yang menjanjikan untuk melawan diabetes dan komplikasi patofisiologisnya. Saat ini, senyawa quercetin dapat diproduksi dalam skala besar dengan metode glikosilasi berbasis fermentasi dari substrat yang murah, dan dapat digunakan sebagai suplemen makanan untuk meningkatkan kesehatan.
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal kronis dan penyakit kardiovaskular. Untuk mencegah perkembangan penyakit-penyakit komplikasi akibat DM tersebut, kontrol glikemik dan tekanan darah adalah aspek utama harus diperhatikan. Namun, telah terjadi perubahan paradigma dalam pengobatan penyakit ginjal kronis maupun penyakit kardiovaskular sejak dikeluarkannya publikasi hasil uji klinis yang menunjukkan manfaat inhibitor sodium glucose cotransporter 2 (SGLT2) pada tahun 2015. Inhibitor SGLT2 ini telah terbukti mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan perkembangan penyakit ginjal kronis pada pasien DM tipe 2.