Is Continuous Glucose Monitoring for Everyone With Diabetes?
STOCKHOLM, Swedia – Apakah pemantauan glukosa berkelanjutan (continuous glucose monitoring/CGM) adalah untuk pasien DM? – dan jika tidak, untuk siapa? – adalah topik yang diperdebatkan di Pertemuan Tahunan European Association for the Study of Diabetes (EASD) 2022 baru-baru ini.
Dalam debat tersebut, kedua peserta secara umum sepakat bahwa CGM sesuai untuk semua penderita diabetes tipe 1 dan penderita diabetes tipe 2 dengan regimen insulin intensif. Sebagian besar diskusi berfokus pada pasien diabetes tipe 2 dengan perawatan yang kurang intensif dan subkelompok lainnya.
Penggunaan CGM Berkembang Pesat
Maciej T. Malecki, MD, PhD, dari departemen penyakit metabolik, Jagiellonian University Medical College, Krakow, Polandia, berpendapat dari sisi “ya”. Dia mengamati: “CGM bukanlah alat untuk setiap pasien diabetes. Namun, banyak pasien diabetes mendapat manfaat dari penggunaannya. Penggunaan CGM akan berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi baru dan menurunnya harga.”
Dia mulai dengan membuat daftar keuntungan CGM, di antaranya adalah peningkatan kontrol glikemik, keamanan dengan adanya alarm untuk kadar glukosa rendah, menghindari ketidaknyamanan penggunaan fingerstick glucose monitoring, dan kemampuan CGM untuk mengaktifkan pengiriman insulin loop tertutup, yang juga dikenal sebagai sistem pankreas buatan.
Saat ini, ada banyak literatur tentang keuntungan CGM pada diabetes tipe 1. Baru pada tanggal 5 Oktober lalu, sebuah penelitian baru telah diterbitkan di New England Journal of Medicine yang merinci hasil studi FLASH UK. Dalam uji coba, di antara 156 peserta dengan diabetes tipe 1 dan rata-rata kadar A1c awal sekitar 8,6%, kelompok yang gula darahnya dipantau secara CGM dengan alat FreeStyle Libre 2 (Abbott Diabetes Care) mengalami penurunan 0,5 poin persentase lebih besar pada A1c dalam 24 minggu dibandingkan dengan tes glukosa darah fingerstick biasa (P <0,001), dan mereka menghabiskan waktu 43 menit lebih sedikit dalam hipoglikemia per hari.
Di Stockholm, Malecki menjelaskan penelitian tindak lanjut 7 tahun yang diterbitkan pada bulan Januari yang menunjukkan bahwa inisiasi CGM dalam 1 tahun diagnosis diabetes tipe 1 menghasilkan perbaikan A1c jangka panjang dibandingkan dengan memulai lebih lambat atau tidak sama sekali. Dan percobaan lain yang dilaporkan pada tahun 2019 menemukan bahwa CGM real-time (yaitu, tidak dipindai sebentar-sebentar), terlepas dari metode pengiriman insulin (pompa atau suntikan), yang membuat perbedaan terapeutik pada orang dengan diabetes tipe 1.
Dan awal tahun ini, tinjauan sistematis dan meta-analisis dari uji coba terkontrol secara acak mengkonfirmasi CGM lebih unggul dibandingkan fingerstick monitoring pada orang dengan diabetes tipe 1, terutama bagi mereka dengan tingkat A1c awal di atas 8% (64 mmol/mol).
Pada wanita hamil dengan diabetes tipe 1, uji coba CONCEPTT terkontrol secara acak menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal berat lahir neonatal dan lama rawat inap bayi dengan penggunaan CGM dibandingkan dengan fingerstick monitoring.
Adapun orang dengan diabetes tipe 2, dalam percobaan DIAMOND, orang dewasa berusia 60 tahun dan lebih tua dengan diabetes tipe 1 (n = 34) atau tipe 2 (n = 82) pada beberapa suntikan harian keduanya melihat penurunan kadar A1c dengan CGM.
Sementara itu, dalam single-arm study yang dilakukan pada orang dewasa dengan diabetes tipe 2 dengan terapi insulin basal atau terapi non-insulin saja, penggunaan CGM selama 6 bulan secara signifikan memperbaiki time-in-range dan A1c, terlepas dari jumlah obat yang dikonsumsi pasien. Penulis penelitian itu menyatakan bahwa data mereka dan lainnya menyarankan “kriteria kelayakan asuransi harus dimodifikasi untuk memperluas penggunaan CGM real-time oleh pasien diabetes tipe 2 yang diobati dengan terapi yang kurang intensif.”
Penerjemah: Salwa Kamilia Cahyaning Hidayat, S.Gz
Penulis: Medscape Medical News
Sumber: www.medscape.com