Tren Penyakit Diabetes Melitus di Jogja Meningkat Tiga Tahun Terakhir
Harianjogja.com, JOGJA — Jumlah orang dewasa usia 15 tahun ke atas yang mengidap penyakit diabetes melitus di Kota Yogyakarta meningkat sejak beberapa tahun terakhir. Pola hidup yang tidak teratur serta konsumsi gula dan makanan cepat saji yang berlebihan tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik disinyalir menjadi penyebab tren penyakit ini meluas.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Iva Kusdyarini, menjelaskan bahwa data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2013 sampai 2018 menunjukkan angka pengidap diabetes melitus juga naik dengan prevalensi sebanyak 4,79 persen dari seluruh warga kota.
Dalam tiga tahun terakhir pun kecenderungan penyakit tersebut juga meningkat. Dari catatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, sebanyak 10.635 warga mengidap penyakit diabetes melitus pada 2020, angkanya kemudian naik menjadi 13.237 pada 2021 dan menjadi 13.676 pada 2022 lalu.
“Kenaikan yang cukup signifikan itu karena ada proses skrining yang kami lakukan berbarengan dengan vaksin COVID-19. Skriningnya dilakukan bersama dengan penyakit tidak menular dengan memeriksa gula darah sehingga ditemukan banyak kasus,” kata Iva, Minggu (12/2/2023).
Menurutnya, seseorang dengan riwayat keluarga pengidap diabetes melitus juga cukup rentan menderita penyakit ini. Selain itu, pola hidup sedentari atau minim aktivitas fisik juga disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong maraknya warga Kota Yogyakarta yang mengidap diabetes melitus.
“Logikanya kan apa yang masuk dan keluar pada tubuh itu mesti seimbang agar metabolisme tubuh sehat, ketika banyak yang masuk tapi tidak banyak energi yang keluar, pasti rentan terhadap penyakit,” katanya.
Iva menjelaskan penyakit diabetes yang disebabkan lantaran konsumsi gula berlebihan bisa dicegah dengan mengatur takaran kandungan gula pada makanan dan minuman yang dikonsumsi. Dalam sehari, konsumsi gula yang disarankan bagi tubuh tidak lebih dari empat sendok makan.
“Diabetes ini juga rentan menjadi penyakit penyerta jika disepelekan, bahkan yang sifatnya kegawatdaruratan semacam jantung, stroke, atau gagal ginjal,” ujarnya.
Upaya untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap penyakit diabetes dilakukan dinas kesehatan dengan pengadaan layanan pandu penyakit tidak menular di puskesmas. Layanan ini salah satunya untuk membantu warga dalam melakukan kontrol penyakit diabetes melitus agar cepat dideteksi dan tertangani dengan optimal.
“Layanannya akan melihat kondisi gula darah warga baik gula darah puasa atau setelah makan untuk kontrol efek dari pengobatan, apakah perlu lanjutan program pengobatan atau intervensi lainnya,” ucap Iva.
Penulis : Budi Cahyana
Sumber : jogjapolitan.harianjogja.com
Hotma Rumahorbo
| #
Dampak pandemi terhadap sosial masyarakat . Mengurangi kegiatan ke luar rumah, sehingga angka sedentary life style juga sangat meningkat tajam. Ujung2nya banyak diam dirumah, banyak makan dan ngemil.
Sebenarnya kalau latihan fisik sudah menjadi perilaku, harusnya latihan fisik juga bisa dilakukan di rumah sehingga tetap berlangsung. Pandemi harusnya bukan penghambat untuk tetap gaya hidup sehat..
Reply