Kemenkes Kembangkan Biogenomik Sekuensing untuk Diabetes Melitus
Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia sedang mengembangkan biogenomik sekuensing untuk penyakit Diabetes Melitus (DM). Pengembangan biogenomik DM ini masuk dalam program Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) yang diinisiasi Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) untuk penyakit DM ditujukan dalam upaya mewujudkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat.
Apalagi pengobatan di masa depan termasuk penanganan diabetes berfokus pada layanan holistik atau yang dikenal dengan istilah kedokteran presisi.
Kedokteran presisi merupakan masa depan layanan kesehatan sekaligus pengembangan penelitian kedokteran untuk mencari penyembuh. Perkembangan teknologi sejatinya dimanfaatkan untuk menciptakan diagnosa dan proses pengobatan tepat guna.
“Ke depan, ada kedokteran presisi, yakni layanan secara spesifik dan holistik. Ini juga kami mengembangkan biogenomik sekuensing atau yang disebut Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) untuk penyakit Diabetes Melitus,” papar Nadia saat acara ‘Media Briefing: Hari Diabetes Sedunia 2022’ di Aston Kemayoran City Hotel, Jakarta, ditulis Minggu (4/12/2022).
Upaya Kemenkes dalam penanganan diabetes sampai saat ini terus dilakukan dengan kerja sama organisasi profesi kedokteran, komunitas yang memanfaatkan teknologi untuk mempermudah kepastian pengobatan.
“Mulai dari promosi kesehatan, deteksi dini, memberikan pelindungan kasus DM. Lalu, edukasi bagaimana perubahan perilaku, identifikasi faktor risiko menjadi penting,” lanjut Nadia.
Penanganan Diabetes Melitus di Indonesia dilakukan secara berjenjang. Mulai dari fasilitas kesehatan (faskes), salah satunya Posyandu dan Posbindu yang kini dapat melakukan pengecekan atau skrining diabetes.
“Posyandu ini menjadi penting. Saat ini, Posyandu primer juga ada Posyandu di lingkungan RT/RW dan kunjungan ke rumah. Ada juga kegiatan edukasi. Rata-rata kegiatan edukasi berupa promosi kesehatan, deteksi dini di Posbindu dan Posyandu,” Siti Nadia Tarmizi menerangkan.
“Pengobatan, penatalaksanaan diabetes di Puskesmas, rumah sakit bisa diberikan. Kalau diperlukan rujukan ke rumah sakit juga bisa.”
Demi mendukung penanganan diabetes, Nadia berharap masyarakat — terutama yang mengidap diabetes — dapat mengecek kesehatan secara rutin. Kepatuhan minum obat dan menerapkan gaya hidup sehat sehari-hari dapat menjaga tubuh tetap fit.
“Perilaku yang kita harapkan ya CERDIK dan PATUH. Tidak hanya buat diabetes, tapi Penyakit Tidak Menular (PTM) lain. Kita tahu cek kesehatan rutin, rajin aktivitas fisik, istirahat cukup, enggak stres, dan patuh minum obat buat pengidap diabetes,” ucapnya.
“Jangan lupa ikuti anjuran dokter, diet, hindari asap rokok dan konsumsi alkohol.”
Terkait Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi), sudah diluncurkan Kemenkes di Gedung Eijkman RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta pada Minggu, 14 Agustus 2022. Kehadiran BGSi sebagai upaya menghadirkan layanan pengobatan yang presisi bagi masyarakat.
Caranya, dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri, atau bisa disebut dengan Whole Genome Sequensing (WGS).
Pengembangan WGS, kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas bio-surveilans dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan.
Sebelumnya, metode WGS sendiri telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan COVID-19 di Indonesia.
“Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,” ujar Budi Gunadi.
“Bagusnya kita tahu secara pasti diagnosis dan perawatannya. Contohnya, sakit batuk, walaupun gejalanya sama namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati.”
Melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada 6 kategori penyakit utama lainnya, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.
Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di 7 rumah sakit vertikal yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Dr. Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Saat ini, hanya terdapat 12 mesin WGS di Indonesia. Untuk mendukung berjalannya BGSi, Kemenkes menambah 48 mesin yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional yang terlibat dalam BGSi.
Rumah sakit tersebut dilengkapi dengan mesin-mesin sequencing high throughput yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.
Target dalam dua tahun ke depan, ada 10.000 genome sequences manusia yang terkumpul dan diteliti guna pemetaan varian data genom dari populasi penduduk Indonesia yang memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.
Penulis : Fitri Haryanti Harsono
Sumber : www.liputan6.com