PERKENI: Edukasi Terapi Insulin Pasien Diabetes Masih Rendah
Banda Aceh (ANTARA) – Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) menilai pengetahuan masyarakat tentang inisiasi terapi insulin bagi penderita penyakit diabetes melitus (DM) masih sangat rendah di Indonesia, sehingga perlu untuk terus ditingkat melalui berbagai sosialisasi.
Sekretaris Jenderal PB Perkeni Dr dr Wismandari Wisnu Sp PD-KEMN FINASIM, Selasa, mengatakan kontrol glikemik pada pasien diabetes di Indonesia masih belum baik, sehingga dibutuhkan obat yang dianggap mujarab dalam upaya penurunan gula darah, salah satunya melalui terapi insulin.
“Tapi sayangnya edukasi penggunaan insulin itu belum baik, baik untuk pasien maupun untuk dokternya,” kata Wismandari di sela-sela Mukatamar ke 31 Ikatan Doker Indonesia (IDI) di Banda Aceh.
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas normal yang berlangsung secara kronis.
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan berfungsi mengatur glukosa oleh otot, lemak, atau sel-sel lain di tubuh. Glukosa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.
Saat ini, kata Wismandari, masih ada ketakutan dari dokter maupun pasien untuk terapi inisiasi insulin. Baik dokter yang ragu memulai untuk memberikan insulin, hingga pasien yang takut disuntik, takut jarum, serta masih berfikir karena diabeste yang diderita sudah sangat parah sehingga harus terapi insulin.
“Padahal kita tahu menggunakan terapi insulin akan lebih mudah kita mengontrol kadar gula darah seorang pasien diabetes. Ini yang perlu kita edukasi secara terus menerus, salah satunya melalui Muktamar IDI ini kita ingin menggaungkan itu lagi,” katanya.
Ia menyebutkan bahwa kontrol glikemik di Indonesia hanya 30 persen yang di bawah 7 HbA1c, namun menurut dia angka tersebut masih belum bagus. Sehingga perlu langkah dan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat agar mau melakukan insulin.
Secara jangka panjang, dia menambahkan, terapi insulin dapat mencegah komplikasi penyakit diabetes secara dini.
“Jadi perlu terapi insulin supaya kontrol gula gampang, cepat, bisa mencapai target di bawah 7 HbA1c, dan ujungnya mencegah komplikasi jangka panjang, itu yang kita inginkan,” katanya.
Di Indonesia, kata dia, ada warga yang bergantung terhadap terapi insulin yakni mereka yang menderita diabetes tipe 1, karena reaksi autoimun yang menyerang sel pankreas yang memproduksi insulin sehingga tubuh mereka membutuhkan insulin dari luar untuk hidup.
“Ada juga yang diabetes tipe 2, mereka yang sudah lama, sel beta pankreas yang sebagian sudah rusak jadi tidak punya insulin dalam tubuhnya sehingga perlu insulin dari luar dan perlu disuntik,” katanya.*
Sumber: antaranews.com