To Explore the Association of Ramadhan Fasting with Symptoms of Depression, Anxiety, and Stress in People with Diabetes
Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijaiyah. Kewajiban puasa di bulan Ramadhan harus dilakukan oleh muslim dewasa, kecuali yang memiliki kondisi tertentu maka mendapatkan keringanan. Selama puasa, terdapat larangan untuk minum, makan, mengkonsumsi obat, merokok, dan beraktivitas seksual dari pagi hingga petang.
Beberapa studi menunjukkan keuntungan puasa termasuk peran puasa terhadap kesehatan fisik, sosial, emosional, dan mental. Seseorang dengan penyakit kronis ditemukan memiliki komorbid terhadap kondisi kesehatan mental. Penderita diabetes, memiliki prevalensi terhadap gangguan mood dan kecemasan dua kali lipat lebih tinggi dibanding populasi umum. Diabetes dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan akibat kesulitan menerima diagnosis yang berhubungan dengan hilangnya kebebasan, keharusan menjalani pengobatan seumur hidup, dan perubahan gaya hidup.
Sekitar 43 juta penderita diabetes memiliki gejala depresi di seluruh dunia. Prevalensi gangguan cemas pada penderita diabetes juga lebih tinggi dibandingkan pepulasi umum, dengan tingkat prevalensi gangguan cemas menyeluruh sekitar 3 kali lipat lebih tinggi dibanding populasi umum. Stres juga dapat berhubungan dengan DM. Studi menunjukkan puasa dapat memiliki efek positif terhadap kesehatan mental, utamanya depresi. Meskipun sudah terdapat studi yang mempelajari peran puasa terhadap gejala depresi, cemas, dan stres pada populasi non diabetes, namun sejauh ini belum ada studi yang mempelajari pada populasi dengan diabetes.
Untuk membaca lebih lanjut tentang hubungan antara puasa terhadap gangguan mental (depresi, cemas, dan stres) pada populasi dengan diabetes melitus tipe 2 dapat mengakses pada Jurnal Diabetes Research and Clinical Practice volume 172 edisi 2021.