The Association between COVID-19 and Type 1 Diabetes Mellitus: A Systematic Review
Pada 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi setelah tercatatnya 118.000 kasus secara global di 114 negara. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2) merupakan jenis Coronavirus yang menyebabkan COVID-19. Virus RNA yang teridentifikasi sebagai keluarga corona dengan manifestasi respiratori serta tingkat keparahan penyakit yang tinggi. Virus dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita atau kontaminasi tidak langsung dari objek yang berada di lingkungan dari pasien asimptomatik yang juga dapat menularkan penyakit.
Pasien dengan COVID-19 mengalami berbagai manifestasi klinik, mulai dari tidak ada gejala atau dengan gejala ringan hingga gejala sangat berat disertai kegagalan fungsi organ multipel. Angka kematian COVID-19 berada di rentang 0,7% hingga 10,8%. Penurunan tingkat kelangsungan hidup, dan jumlah komplikasi yang meningkat lebih dimungkinkan muncul pada populasi usia lanjut dan pasien dengan komorbid. Hal ini menyebabkan peningkatan kekhawatiran pada mereka yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus tipe 1 (DMT 1).
Laporan menunjukkan tidak ada peningkatan risiko infeksi COVID-19 pada anak dengan DMT1 dan remaja. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan peningkatan angka kematian pada anak dengan DMT 1 terhadap kelompok sehat. Di sisi lain, luaran yang buruk dan angka kematian yang tinggi justru dilaporkan dari kelompok dewasa dengan diabetes setelah infeksi COVID-19.
Studi ini tidak menemukan banyak informasi yang mendiskusikan konsekuensi dan hubungan langsung antara COVID-19 dan DMT1. Akan tetapi, laporan – laporan yang menunjukkan COVID-19 secara tidak langsung membawa risiko terhadap pasien DMT1 ditemukan di berbagai level, di beberapa negara, kemungkinan terhalang untuk mendapatkan layanan kesehatan adekuat. Terhambatnya pasokan obat, teknologi, dan layanan untuk pasien DMT1 dapat menghasilan kontrol glikemik yang buruk, dan tentunya akan menyebabkan lebih banyak komplikasi. Hal tersebut juga akan menghambat respons yang sesuai terhadap situasi emergensi seperti yang ditemukan dalam laporan di departemen emergensi akibat ketakutan terpapar infeksi. Selain itu, pandemi juga disinyalir memperparah kondisi psikologis anak penderita DMT1. Oleh karena itu, studi ini hadir dengan bentuk ulasan sistematis tentang prevalensi, temuan klinis, dan luaran pada pasien COVID-19 dengan DMT1, berdasarkan temuan bukti yang tersedia.
Artikel dapat disimak lebih jauh di Jurnal Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews volume 15 edisi 2021 halaman 447-454