Detection of Rare Genetic Mutation in One Family Could Lead to Better Diabetes Treatments
Mutasi genetik yang langka dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa keluarga lebih rentan terhadap diabetes dan gagal ginjal, menurut sebuah penelitian baru yang dipimpin oleh para ilmuwan University of Utah Health. Mereka mengatakan penemuan itu, yang dilakukan dalam beberapa generasi dari satu keluarga, pada akhirnya dapat mengarah pada perawatan yang lebih baik untuk kondisi diabetes dan gagal ginjal di antara sejumlah pasien, tidak peduli apakah mereka mewarisi mutasi gen tersebut atau tidak.
“Di masa lalu, kami telah melihat kasus sporadis di sana-sini, tetapi ini adalah keluarga pertama yang menunjukkan bahwa mutasi ini dapat diwariskan.” kata Marcus Pezzolesi, Ph.D., M.P.H., penulis koresponden studi tersebut dan profesor penyakit dalam dari University of Utah Health Divisi Nefrologi. “Yang menarik adalah bahwa ada terapi yang dikembangkan yang dapat memperbaiki kondisi ini, tidak hanya pada keluarga ini, tetapi juga pada pasien diabetes yang berisiko penyakit ginjal.”
Penelitian ini bekerja sama dengan Joslin Diabetes Center dan Harvard Medical School di Boston, dan diterbitkan di NPJ Genomic Medicine.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa orang yang kelebihan berat badan atau obesitas menghasilkan lebih sedikit adiponektin, hormon yang meningkatkan sensitivitas insulin, menghambat kematian sel, dan mengurangi peradangan. Akibatnya, orang-orang ini lebih rentan terhadap resistensi insulin, diabetes tipe 2, penyakit ginjal, dan kondisi yang mengancam jiwa lainnya.
Untuk menentukan apakah mungkin ada penyebab genetik untuk penyakit nefropati diabetik, Pezzolesi dan rekan menganalisis sampel DNA dari 14 anggota keluarga yang dikumpulkan di Joslin Diabetes Center. Secara keseluruhan, enam anggota keluarga dari tiga generasi menderita diabetes dan penyakit ginjal stadium akhir.
Menggali lebih dalam, para peneliti menggunakan sekuensing seluruh genom untuk mengisolasi cacat pada gen yang disebut ADIPOQ, yang mengkodekan protein adiponektin. Mutasi memperpendek gen, mengganggu kemampuannya untuk menghasilkan hormon, yang memecah ceramide, zat lemak yang mirip dengan kolesterol. Akibatnya, orang dengan mutasi gen ini memiliki tingkat ceramide yang lebih tinggi. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa ceramide adalah kekuatan pendorong di balik timbulnya diabetes tipe 2 dan dapat berkontribusi pada penyakit nefropati diabetik.
Pada penelitian sel ginjal embrio manusia di laboratorium, para peneliti menemukan bahwa hanya satu salinan mutasi ini yang mampu menurunkan produksi adiponektin. Menurut para peneliti, mutasi ini terjadi pada sekitar satu dari setiap 57.000 orang.
Secara keseluruhan, pembawa (carrier) mutasi genetik memiliki sekitar 85% lebih sedikit adiponektin dan 30% lebih sedikit ceramide yang beredar dalam darah mereka dibandingkan dengan non-carrier dalam keluarga yang sama, yang digunakan sebagai kelompok kontrol.
“Apa yang paling menarik bagi saya adalah bahwa temuan ini memungkinkan kami untuk mengkonfirmasi penelitian yang telah dilakukan selama beberapa dekade pada hewan,” kata William Holland, Ph.D., penulis korespondensi penelitian ini dan Lektor Kepala Divisi Nutrisi dan Fisiologi Integratif dari University of Utah Health. “Efek biologis adiponektin dalam mengatur sensitivitas insulin, toleransi glukosa, dan level ceramide sudah banyak dibuktikan pada tikus, dan penelitian saat ini menunjukkan bahwa hilangnya adiponektin mengganggu kesehatan metabolisme pada manusia.”
Meskipun penelitian dilakukan dalam satu keluarga, Holland mengatakan, temuannya dapat memiliki implikasi luas untuk diagnosis dan pengobatan kondisi ini pada banyak orang. “Kami dapat menggunakan temuan ini sebagai titik awal untuk pengembangan obat-obatan pribadi yang meniru efek menguntungkan dari adiponektin dan mengurangi risiko diabetes dan penyakit ginjal,” katanya.
Penerjemah: Salwa Kamilia Cahyaning Hidayat, S.Gz
Penulis: University of Utah Health
Sumber: https://www.sciencedaily.com